Rabu, 30 Juni 2010

im[as

berfikir itu jujur

Sabtu, 07 November 2009

MENUJU ORTAB..

kapan kita ortab... yaaa ... setelah pemilihan ya...
ada puisi ne!!! simak ya...
oh... ortab.. engkau bagai gelombang tsunami.. kedatanganmu selalu mengharumkan nama Stain.. dengan memunculkan wajah artis2 baru yang keren dan berkualitas...
oooh ortab... teruslah seperti lilin... tapi jangan sampai mati...
oh ortab.. oh ortab.. oh.. ortab///

puisi ini dibuat sekitar jam 3 lebih 9 menit...

PEMILIHAN KETUA BARU IMPAS

PEMILIHAN KETUA BARU IMPAS AKAN DISELENGGARAKAN HARI MINGGU TANGGAL 8 NOVEMBER 2009. SEBENARNYA DILAKSANAKAN HARI SABTU INI, TAPI KARENA ANGGOTA IMPAS BANYAK YANG SIBUK JADI DITUNDA HARI MINGGU... BAGI ANGGOTA IMPAS HARAP DATANG DAN PENUHI HAK KALIAN SEBAGAI ANGGOTA IMPAS YAITU MEMILIH KETUA IMPAS TAHUN 2009 2010...
SEMOGA LEBIH BAIK DARI HARI KEMARIN..
SALAM BUDAYA/.. WASSALAMU'ALAIKUM!

Senin, 23 Maret 2009

LAPORAN ACARA SERBU (SEMARAK ANGGOTA BARU)

acaranya sukses besar. dengan dihadiri 600 penonton.
dan yang paling membanggakan adalah apresiasi dari bapak ketua stain yang setiap malam latihannya datang untuk melihat jalannya latihan anak-anak impas.
sooo yang penting ....kaseeh kaseehh...kaseh daaaahhhh.....
(joko)

Selasa, 17 Maret 2009

Selasa, 13 Januari 2009

teman-teman IMPAS pada Malam Tahun baru di 16c galarat Kota Metro


buat temen-temen Ikatan Mahasiswa Pecinta Seni IMPAS,khususnya devisi sastra.
"Howells" Orang Yunani memperoleh peradaban dengan berbicara dan melihat, orang persia sedikt banyak demikian pula, sedang kita yang jauh dari sejarah dan monumen-monumen harus mau membaca atau kita akan menjadi tertindas dan biadab.
ttk**Anang dan Erwin 14\01\2009

Sabtu, 10 Januari 2009

Puisi: Menggali Alam Bawah Sadar Secara Sadar

Alkisah, manusia berkembang menjadi dua arah jalan. Yang satu tumbuh dengan memiliki napsu dan hasrat, ego untuk meraih dunia di ‘luar’ darinya, sementara beberapa yang lain tetap berkembang dengan bersahabatkan alam, suara-suara alam, bahasa-bahasa alam, perilaku-perilaku alam. Sebagaimana konsep dua sisi yang disebutkan sebelumnya, dalam setiap diri manusia terkandunglah berbagai ‘dua sisi’ tadi: malaikat dan setan, api dan air, cahaya dan gelap, napsu dan akal, nyata dan maya, realitas dan imajinasi, wujud dan gaib. Sebut saja manusia ‘alam’ tadi dengan A, dan manusia ‘napsu’ tadi dengan B. Maka seiring berjalannya masa, mereka tumbuh dengan dua sisi yang tidak seimbang dalam diri mereka.

Kita mulai dengan manusia B, ia tumbuh dengan hasrat. Oleh sebab napsu yang ada di diri mereka kadarnya semakin besar, maka satu sisi ‘lain’ yang ada dalam dirinya adalah kebalikan dari itu, semakin tergerus, semakin pudar. Dapatlah kita ‘beri wujud’ manusia B itu adalah manusia-manusia pada zaman sekarang, pada masa kini. Manusia masa sekarang tumbuh dengan akal lebih dominan dari hatinya, genangan sikap dan sifat realistis lebih pekat dari imajinasinya, kenyataan-kenyataan dan pikiran-pikiran atas dunia lebih penuh dalam dirinya ketimbang bayangan-bayangan akan dunia gaib, dunia yang tak tersentuh, dunia alam, yang notabene dahulu adalah pembentuk dirinya sendiri, sahabatnya sendiri.

Lalu manusia A, yang bersahabat dengan alam, tinggal bersama alam. Sebutlah pada zaman sekarang mereka ini adalah kelompok-kelompok yang kita sebut dengan manusia ‘primitif’, oleh karena mereka dianggap terlalu ‘tradisional’ dan ‘ke-moyang-moyangan’. Mereka senantiasa berdialog dengan alam, dengan hujan, langit, kemarau, pepohonan, burung-burung, bulan, bintang, malam, matahari. Mereka hidup dengan petunjuk-petunjuk yang mereka tangkap dari perangkat-perangkat alam tersebut.

Mari kita fokuskan perhatian pada manusia B, manusia yang akan kita bahas kali ini, manusia-manusia yang adalah kebanyakan dari diri kita sendiri. Meskipun telah kita katakan bahwa manusia B hidup dengan ego dan hasrat, namun beberapa di antaranya masih ada yang mencoba untuk kembali menoleh ke alamnya yang ‘lain’. Beberapa manusia ini menggunakan berbagai cara dan metode untuk melakukan dialog dengan alam. Puisi, adalah salah satunya. Dan sebut saja mereka yang menggunakan puisi sebagai cara untuk berdialog dengan alam adalah, penyair.

Penyair menggunakan puisi untuk melakukan dialog dengan alam. Mereka sadar kepekaan mereka terhadap hal-hal alam dan gaib telah sangat pudar, dan itu menjadi sebab atas ketidakseimbangan hidup mereka di dunia. Maka, mereka mulai melakukan usaha-usaha untuk menangkap bahasa dalam alam bawah sadar, untuk melakukan komunikasi dengan yang alam, yang gaib. Mereka membuat (menulis) puisi sebagai wujud penyaluran atas apa yang mereka tangkap dari alam, atas apa yang telah alam bawah sadar mereka dengar, atas apa yang telah alam bawah sadar mereka rasa. Maka, secara otomatis mereka juga mengasah kepekaan alam bawah sadar mereka. Atau lebih tepatnya, mereka mengasah kepekaan sadar (akal) mereka untuk membuat suatu koneksi dengan alam bawah sadar (hati) mereka, kemudian menggunakan alam bawah sadar mereka untuk berkomunikasi dengan dunia ‘gaib’ atau ‘semu’ di dalam dirinya maupun di luar dirinya, lalu mengembalikan hasil ‘tangkapan’ ataupun ‘dialog’ tadi ke alam sadar, kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa alam nyata (bahasa biasa/sehari-hari) hingga jadilah ia sebuah tulisan yang disebut dengan istilah ‘puisi’.

Salah satu tujuan menulis puisi adalah untuk mengasah kepekaan. Kepekaan rasa dan kepekaan bahasa sekaligus. Kepekaan rasa, mewakili proses yang dilakukan oleh alam bawah sadar, untuk mengenal apa-apa yang ada dalam dunia ‘semu’, untuk melakukan dialog atau sekadar menangkap petunjuk-petunjuk dari alam. Sementara kepekaan bahasa, mewakili proses yang dilakukan oleh alam sadar, untuk mengadakan koneksi dan usaha-usaha merajut ‘tali’ dengan alam bawah sadar, lalu menangkap aliran dari dialog yang telah alam bawah sadar berhasil lakukan, untuk selanjutnya disalurkan menjadi puisi.

Maka dengan proses-proses yang dilakukan secara sadar, dalam hal ini adalah menulis puisi, perlahan namun pasti penyair memiliki suatu kepekaan yang menyebabkan mereka memiliki kemampuan tersendiri untuk melakukan komunikasi dengan alam bawah sadar mereka. Membuat mereka dapat mengetahui apa-apa saja yang ada di dalam alam bawah sadar mereka, pesan-pesan yang bersemayam di sana, petunjuk-petunjuk yang terpatri di sana, bahasa-bahasa atau nasihat-nasihat hidup yang terukir di sana. Dengan puisi, mereka akan mampu menyeimbangkan diri mereka, tidak lagi menjadi wujud manusia A atau manusia B, tapi menjadi wujud satu manusia yang utuh dengan dua sisi yang tidak hanya seimbang kadarnya, tapi saling melakukan komunikasi dan saling berdialog, saling bercampur, saling menyatu.

Alhasil, dengan puisi, mereka akan mampu menjalani hidup yang nyata dan penuh dengan realitas, yang berjalan berdampingan dengan alam gaib dan imajinatif yang memberikan mereka pesan-pesan dan petunjuk-petunjuk dari alam. Dan dengan puisi, mereka telah berhasil membangkitkan alam bawah sadar mereka secara sadar, untuk tujuan menjalani hidup di dunia dengan seimbang, dengan akal dan hati sekaligus, dengan pikiran dan perasaan sekaligus, dengan masa depan dan sejarah sekaligus.

kalender