Kamis, 18 Desember 2008

Senior sastra Indonesia


Willibrordus Surendra Broto Rendra (lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1935; umur 73 tahun) adalah penyair ternama yang kerap dijuluki sebagai "Burung Merak". Ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967 dan juga Bengkel Teater Rendra di Depok. Semenjak masa kuliah beliau sudah aktif menulis cerpen dan esai di berbagai majalah.

Bakat sastra Rendra sudah mulai terlihat ketika ia duduk di bangku SMP. Saat itu ia sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan menulis puisi, cerita pendek dan drama untuk berbagai kegiatan sekolahnya. Bukan hanya menulis, ternyata ia juga piawai di atas panggung. Ia mementaskan beberapa dramanya, dan terutama tampil sebagai pembaca puisi yang sangat berbakat.

Ia petama kali mempublikasikan puisinya di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat. Setelah itu, puisi-puisinya pun lancar mengalir menghiasi berbagai majalah pada saat itu, seperti Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru. Hal itu terus berlanjut seperti terlihat dalam majalah-majalah pada dekade selanjutnya, terutama majalah tahun 60-an dan tahun 70-an.

“Kaki Palsu” adalah drama pertamanya, dipentaskan ketika ia di SMP, dan “Orang-Orang di Tikungan Jalan” adalah drama pertamanya yang mendapat penghargaan dan hadiah pertama dari Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta. Pada saat itu ia sudah duduk di SMA. Penghargaan itu membuatnya sangat bergairah untuk berkarya. Prof. A. Teeuw, di dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989), berpendapat bahwa dalam sejarah kesusastraan Indonesia modern Rendra tidak termasuk ke dalam salah satu angkatan atau kelompok seperti Angkatan 45, Angkatan 60-an, atau Angkatan 70-an. Dari karya-karyanya terlihat bahwa ia mempunyai kepribadian dan kebebasan sendiri.

Karya-karya Rendra tidak hanya terkenal di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, di antaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Jepang dan India.

Ia juga aktif mengikuti festival-festival di luar negeri, di antaranya The Rotterdam International Poetry Festival (1971 dan 1979), The Valmiki International Poetry Festival, New Delhi (1985), Berliner Horizonte Festival, Berlin (1985), The First New York Festival Of the Arts (1988), Spoleto Festival, Melbourne, Vagarth World Poetry Festival, Bhopal (1989), World Poetry Festival, Kuala Lumpur (1992), dan Tokyo Festival (1995).

Selasa, 16 Desember 2008

Penjaga pintu

aku bosan mengikuti jalan di bawah telapak manusia

sebab mereka tak pandai memilih jalan yang tak berduri dan berbatu

asal kakinya tak terluka jalan mana saja akan dipijaknya

bila mereka masuk kerumah kita berdua akan dilupakan

kita hanyalah alas dan alasan-alasan lain dalam perjalanan

namun bila kita tidak ada atau menghilang lantaran dicuri

mereka pun akan segera mengeluh,

dan kalau salah satu kita talinya putus tak akan ada yang diutus

mencari pengikat agar tali kita kembali nyambung

kita bak prajurit-perajurit lugu penjaga pintu dan saksi bisu

mesti yang kerap kita intip juga bukan barang palsu

tapi kita tak pula ragu menunggu dengan berselimut tahi dan debu,

atau kita menggebu seperti irama langkah majikan kita

menjalani kehidupan dengan langkah palsu,

pasangan sendal jepit kanan hanya diam seolah pasrah menerima kutukan

Senin, 01 Desember 2008

temen-temen impas

Pengantin di perigian


by: erwin

malam pudar bintang tenang di lapis langit pertama

di teras bawah rumah panggung

hujan basahi cerita pengantin di perigian

malam hanyut dalam sarung setengah badan

sambil bermain batang siluman

segeralah jadi pengantin:, selimut melapuk ragi di kamarmu

malam tak lagi tabu untuk bermain jemari

dan tak pula lengkap kesahmu menjadi bujang

menunggu rumah kerabat tua

malam itu tak lepas baju dewasa yang kau kenakan

selepas sore menunggu gadis-gadis pulang

mencuci tulang disungai panjang

diantara yang kau tunggu

dalam cerita pengantin di perigian

canda gadis-gadis desa tersimpan dalam hujan

Air Seni


Kepada: Hanapi

bahkan kaupun takut hanya sekedar

melewati gelap di ruang tengah rumah panggung

warisan buyutmu.

“biar ku buang air seni di lobang dinding serambi itu ucapmu

emak bapak, sanak keluarga tak lagi perduli

begitu pula aku”

kau tertawa rendah sembari menyelimuti tubuh dengan sarung

gegas ke ranjang kayu tenam dalam kamar,

kau pun seolah hendak menjaga sangkar burung kesayanganmu malam itu

kelak dewasa beranjak burung tak hinggap kesembarang

ranting bunga kertas di samping rumah tetangga.

bangkai rumput

Bangkai Rumput

menunggu teduh pohon akasia

burung-burung melempar kotoran

di atas rumput pada sisa malam

ramalan cuaca dan peta nasib

dan berbotol-botol tinta warna

menghabiskan gairah peluh dan duka

di rumah sewa awan pagi telah menua

bunga teratai dan bunga bangkai tak ada bedanya?

dan terapi luka

kuli birahi menggerus upah menjadi tanah

udara disesaki aroma kemenyan

Sabtu, 15 November 2008

tersembunyinya itu cinta

kau hanya berpaling dan tak berkata apapun padaku
menjadikanku curiga...ada apa denganmu...
sengaja aku ingin bertemu dengan mu...
tapi...syari'at melarangmu dan aku bertemu.

hari itu matahari berpihak padaku...
karna panasnya..hingga kulitku meleleh...
merasakan ciptaanNya...yang maha dahsyat itu..

dan saat itu, kucoba mencuri hatimu...
dengan sekelumit pesonaku..
tapi aku gagal untuk kesekian kalinya...
kau hanya berpaling dan takberkata apapun padaku..

dalam hati aku bertanya...
apa kau membenciku...hoho hatiku lansung menjawab sendiri
tidakk... tidak tidak.........

dalam hati lagi aku bertanya...
apa kau menghinaku....hoho...hatiku menjawab sendiri
tidak...itu tidak mungkin....

sejenak kuresapi gerak dan mimik wajahmu yang sulit tampak itu...
aku tidak melihat apapun...
kecuali anggung auramu terpancar
dari wajah yang selalu tertutup oleh air wudhu..

adakah yang kau sembunyikan dari dulu...
dan "pengishlahan" itu telah merubahmu untuk tunduk padaNya...
menjadi bidadari syurga masa depan bagai ainun mardhiyah..
cobalah untuk mengerti aku...aku pun begitu...

andai ajal telah menjemput nanti...
kupastikan kau yang akan mengantarkan aku sampai kuburku...
tapi jauh sebelum itu...
kau tentu mau menjadi ustadzah dan bendahara keluargaku..

karna auramu tidak bisa bohong padaku...
bahwa kau juga mencintaiku...
dengan syar'i kau sembunyikan itu...
biarlah Allah sang penentu..
kita hanya bisa berharap bisa bersatu...

sejujurnya ini yang akan kukatakan sejak dulu...

aku mencintaimu..bidadari syurgaku...

kalender