Kepada: Hanapi
bahkan kaupun takut hanya sekedar
melewati gelap di ruang tengah rumah panggung
warisan buyutmu.
“biar ku buang air seni di lobang dinding serambi itu ucapmu
emak bapak, sanak keluarga tak lagi perduli
begitu pula aku”
kau tertawa rendah sembari menyelimuti tubuh dengan sarung
gegas ke ranjang kayu tenam dalam kamar,
kau pun seolah hendak menjaga sangkar burung kesayanganmu malam itu
kelak dewasa beranjak burung tak hinggap kesembarang
ranting bunga kertas di samping rumah tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar